Senin, 11 November 2013

ASIKNYA JADI FIGURAN ;)


    Hai, hai, hai, haaaaaai~ *gak penting banget*
Saya mau berbagi sedikit, iyaa sedikiiiit cerita, dikit aja.
Jadi gini, 3 minggu yang lalu kelas saya diberi tugas oleh Pak Syukran, iya Pak Syukran, guru Produktif jurusan saya (read : Multimedia) tugasnya membuat video klip, video iklan, video wawancara, film pendek dan video dokumenter, tentunya kami dibagi jadi beberapa kelompok, saya mendapat kelompok dengan anggota Wenny, Eka dan Yoga.

   Nahh, di sini cerita serunya, selagi saya, Wenny dan Eka tidak ada kerjaan, jadi kami keluar Lab. Multimedia, kami bertiga menuju kelas, ya iseng-iseng liat yang lagi syuting film pendek sama video klip. Dengan spontan kami bertiga langsung main nimbrung jadi "FIGURAN", iya cuma sekedar figuran ajah :3 gak lebih kok T.T

  Kemanapun kelompok itu pergi kami mengikuti untuk menjadi figuran, iya lagi-lagi figuran saja. Yaa, daripada-daripada :D

  Ini aja kali yaa, iya ini aja. Ohh yaa tentang Yoga, hmm~ saya gak mau cerita banyak tentang dia, takut salah-salah :o

 Ini photo Wenny, Eka dan saya :D

CHECK IT DOT !!!


WENNY SI CEWEK BASKET






EKA SI CEWEK AMOR




YANG INI PASTINYA SAYA







PHOTO DIAMBIL SAAT SELESAI MENJADI SEORANG PEMERAN PEMBANTU UTAMA -___-



Rabu, 16 Oktober 2013

I Feelin' Stupid (Fanfiction)

Author : Meita Almira Amelinda (facebook : http://www.facebook.com/alovejaybee)
Cast :
- D.O EXO
- Soyu SISTAR
- And Other Cast...






Aku berlari tergopoh-gopoh menuju ruang seminar. Aku terlambat lebih dari 15 menit! Ah! Benar-benar menyebalkan! Sungguh, aku benar-benar lupa kalau hari ini adalah tanggal 17 Juni 2012, hari dimana seminar penting akan berlangsung. Aku berlari tanpa mempedulikan apapun. Tanpa sadar aku menabrak beberapa orang.
Setiba di ruang seminar, aku langsung menduduki kursiku.
‘’Kenapa kau telat???’’ Chen menegurku dengan kesal.
‘’M... Maaf, aku bangun kesiangan’’ Ucapku dengan napas tersenggal-senggal.
‘’Kalau kau bukan temanku, tak kubiarkan kau masuk ruangan ini!’’
Aku tak mempedulikan ocehan-ocehan bebek ini. Aku langsung memfokuskan perhatianku pada apa yang ada dihadapanku kini. Aku menyimaknya dengan seksama. Aku memang selalu antusias untuk hal ini. Karena dengan seminar-seminar dan kampanye-kampanye yang sering ku ikuti, aku jadi lebih bisa memahami perasaan anak-anak penderita penyakit mematikan itu. Ya, selain sebagai seorang mahasiswa aku juga seorang aktivis.
            Seminar berakhir, aku dan Chen keluar dari ruangan dan bergegas menuju markas Lsm kami.
Saat melewati gerbang, tiba-tiba pandangan mataku jatuh pada seseorang. Sosok yang begitu cantik nan anggun. Tuhan! Dia cantik sekali
‘’Chen kau berangkat duluan ya. A... Aku ada urusan penting’’
‘’Apa???? Hey! Kyungsoo kau ini kenapa mendaadak aneh si?’’
‘’A.. aku harus pergi1 daaah’’ Aku langsung berlari meninggalkan Chen yang seketika itu melongo.
‘’Heeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeey.!!!!!!!!!!!!!!!!!! Aku kan tidak punya mobiiiiiiiiiiiiiiiiiil aku harus pergi naik apa???????????? heeeeeeeeeeeeeeeeeeeyyyyy!!!!!!!! Kyungsooooooooo..............’’
Terdengar Chen malang itu berteriak-teriak dibelakangku. Ah! Aku tak peduli, aku sekarang hanya ingin menemui gadis itu. Entah apa yang membuatku seperti ini. Ini pertama kalinya aku tergila-gila pada wanita di pandangan pertama. Oh God.... Ini gila!
            Kini jarakku dan gadis itu hanya terpaut beberapa langkah. Aku ragu untuk menyapanya, ah lebih tepatnya aku malu. Aku memikirkan kalimat-kalimat yang akan ku ucapkan. Saat aku tengah sibuk dengan pikirankku, tiba-tiba ada yang memanggil, mengagetkanku seketika.
‘’Permisi, apa anda Do Kyungsoo?’’ Oh tidak! Apa ini mimpi? Gadis itu tahu namaku?? Ini gila! Apa yang harus kulakukan?
‘’Eh.. I.. Iyaa.. iyaiya a.. aku Do Kyungso!’’ Aku menjawab dengan tergopoh-gopoh. Bahkan kalimat-kalimat yang kulontarkan barusan terdengar sedikit keras.
‘’Aku Soyou dari Kyunghee University. Aku baru bergabung dengan Lsm yang sama denganmu, salam kenal’’ Dia tersenyum dengan manisnya membuatku hampir tak bisa berkata lagi.
‘’Ah, i.. iya. Kau tahu aku darimana?’’
‘’Karena aku baru bergabung, kurasa perlu mengetahui struktur kepengerusan Lsm itu. Dan saat ditempat ini, temanku bilang bahwa kau Do Kyungsoo, salah satu orang penting di Lsm. Aku senang bisa bertemu denganmu’’
‘’Ah, i.. iya. Aku juga senang’’
Dia kembali tersennyum manis. Akupun balik tersenyum padanya. Tuhan, ini benar-benar hari yang indah!
Satu, dua, tiga..................... Oh god! Kenapa aku jadi patung seperti ini? Gila! Gadis itu...
‘’T.. tunggu! Soyou!’’ Entah mendapat keberanian darimana, aku memanggilnya yang sudah hampir meninggalkanku.
‘’Ne, ada apa?’’ Dia berbalik menghadapku, dan tersenyum. Cantik!
‘’A... aku.. bo.. bolehkah aku minta nomor handphone mu?’’ Aaaargh!! Aku yakin, saat ini wajahku pasti memerah.
‘’Tentu saja.. kemarikan handphonemu’’ Dia meminta handphoneku, lalu kuberikan padanya. Jari-jarinya yang lentik terlihat menuliskan beberapa nomor.
‘’Ini’’ Dia tersenyum lagi.
‘’Terimakasih’’ Aku balik tersenyum padanya.
‘’Aku pergi dulu, aku tunggu telephone darimu, bye!’’ Aku tersenyum lagi padanya. Sungguh ini benar-benar hari yang tak mungkin pernah kulupakan. Hari dimana aku bertemu dengan orang yang kusuka pada pandangan pertama.
            Sudah beberapa bulan sejak pertemuan itu, aku semakin akrab dengan Soyou. Aku merasa tenang dan damai saat bersamanya. Senyumnya yang teduh membuatku semakin hari semakin menyayanginya. Aku mencintainya. Ya, aku sangat mencintainya. Aku ingin memilikinya, untuk selamanya. Aku tak begitu tahu tentang perasaannya padaku, tapi kurasa mungkin dia juga mencintaiku. Haha bukan apa, tapi aku merasa begibi karena dia juga terlihat sayang padaku. Aku menerka dari perlakuannya padaku.
‘’Aw!! Hey bebek!! Apa yang kau lakukan hah??!! Kepalaku sakit! Kau tahu??’’
Chen tiba-tiba menjitak kepalaku. Ah ini sakit sekali.
‘’Kau daritadi tak mendengarkan kami bicara!’’ Chen terlihat lucu. Haha namja ini memanyunkan bibirnya.
‘’Hyung daritadi kau melamun. Apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau berpikir untuk menggoda noonaku lagi?? Hah??’’
‘’Diamlah kau Kai! Aku sudah tidak suka pada noonamu lagi. Hehe aku menemukan yeoja impianku!!’’
‘’Heeeeey lihat matamu itu, matamu tampak berbinar saat membicarakan wanita itu. Memangnya dia siapa? Apa aku mengenalnya?’’
‘’Ah maaf aku harus segera pergi. Aku ada jajni dengan teman. Daaaaaah!’’
Aku pergi meninggalkan kedai ramen itu. Meninggalkan kedua temanku yang menatapku bingung. Ah aku tak peduli sekarang. Aku akan bertemu Soyou hari ini. Dia bilang, dia ingin memberi tahukan kabar baik.
            ‘’Apa kau sudah lam disini?’’ Aku menyapa yeoja cantik ini begitu aku sampai.
‘’Tidak, aku baru beberapa menit disini’’ Dia membalas ucapanku, di ikuti senyum manisnya.
‘’Benarkah? Aaah syukurlah kalu begitu. Tapi seharusnya aku datang lebih dulu darimu’’
‘’Sudahlah, santai saja. Ada apa kau mengajakku kesini? Apa yang ingin kau sampaikan padaku? Ayo cepat katakan, sepertinya itu hal yang penting’’ Dia memasang puppy eyesnya. Membuatku semakin menyukainya.
‘’Emmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm’’
‘’Apa? Apa? Aku jadi penasaran’’ Dia mengguncang-guncangkan tubuhku. Aku terdiam, menutup mataku, berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan semuanya. Ya, semuanya! Aku mencintainya, menyayanginya, ingin memilikinya, dan ingin melindunginya. Aku ingin mengungkapkan semua itu padanya. Hari ini.
‘’Aku menyukaimu. Aku menyukaimu sejak kali pertama kita bertemu’’
Aku mengungkapkan perasaanku, dengan keberanian yang menurutku sudah cukup maksimal. Aaaaargh! Tapi sepertinya caraku tadi kurang mengesankan. Aaarrrgh!
Suasana jadi hening. Soyou kulihat jadi membisu. Hah! Kenapa ini? Apa ada yang salah?
‘’Kenapa?’’ Soyou kembali berbicara. Aku menatapnya, diam. Aku bingung dengan pertanyaannya.
‘’Kenapa kau menyukaiku?’’ Seolah tahu maksud dari tatapanku, dia memperjelas pertanyaannya.
‘’Aku tidak punya dan tidak tahu alasannya. Aku sudah merasakannya sejak pertama kali kita bertemu. Konyol memang, karena aku sendiri tidak tahu alasan mengapa aku menyukaimu’’
‘’Jadi begitu’’
‘’Bagaimana?’’
Dia tidak menjawab. Dia hanya diam, menunduk memainkan jari-jarinya yang lentik. Akupun ikut diam, bingung harus berkata apa.
‘’Jangan menyukaiku’’ Apa? Jantungku seolah ingin keluar mendengar dua kalimat yang baru saja kudengar.
‘’Apa maksudmu?’’
‘’Maafkan aku kyungsoo’’ Dia langsung pergi meninggalkanku setelah mengucapkan kalimat itu. Aku tersentak tak percaya. Aku tidak bodoh, walaupun dia tidak mengatakannya, aku tahu dia menolakku. Sakit, ya sakit hatiku dengan kenyataan ini.
            Aku terdiam didalam kamarku, memikirkan kejadian yang tadi siang ku alami.Semua perkataannya terus mengiang di otakku.
‘’Kenapa kau menolakku? Hah? Kenapa?’’
Berkali-kali aku beretanya dengan konyolnya pada diriku sendiri. Kubenamkan wajahku dibalik bantal, memejamkan kedua mataku.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas, enam belas, tujuh belas.............

Dug! Ku lemparkan bantal yang sedari tadi menutup wajahku. Aku bangkit dari tempat tidurku. Aku bergegas menuju kekaca, kulihat bayangan diriku.
‘’Aku tidak tahu apa alasanmu menolakku, aku tidak akan mempertanyakan lagi alasan mengapa kau menolakku, karena akupun menyukaimu tanpa kutahu alasanku. Soyou, aku akan tetap menyukaimu!’’ Ya, aku akan tetap menyukaimu. Kau menolakku bukan berarti itu menghentikanku untuk menyukaimu. Soyou, aku menyukaimu!
            Kuliah hari ini sungguh membosankan, aku sangat mengantuk. Karena semalam aku pulang jam 12. Semua materi yang disampaikan tak satupun masuk ke otakku.
‘’Hoaaaaaaaaaaaaaaaaaahm’’ Aku menguap selebar-lebarnya, mataku terlihat sangat sayu.
Tuk1 Sebuah buku dengan sengaja dipukulkan kekepalaku. Ini pasti Chen! Kalau saja kondisiku tidak seperti ini, kau pasti kuhajar! Dasar bebek!
‘’Hahahaha’’ Chen tertawa terbahak-bahak melihatku tak berdaya melawannya.
‘’Diamlah kau bebek! Aku sedang tidak ingin bercanda’’ Aku kembali menidurkan kepalaku diatas meja, tak mempedulikan dosen yang sedang mengoceh didepan, dan tak mempedulikan pula Chen yang sedang menertawakan aku.
Akhirnya selesai, aku langsung menuju ke mobil untuk segera bergegas pulang kerumah. Aku ingin cepat-cepat tidur.
Drrrrrrrrrrrrrrrrrrrt! Drrrrrrrrrrrrrrrrrrrt! Ada pesan masuk, kulihat ternyata dari Soyou.
‘’Heeeeey mata lebaaar aku butuh bantuanmu!’’ 
Aku tersenyum membaca pesan dari yeoja cantik ini. Aku bergegas menuju kerumahnya, kulajukan mobilku dengan cepat agar cepat sampai tujuan. Kejadian beberapa bulan yang lalu, saat dia menolakku itu seolah tak pernah terjadi. Kami sudah akrab lagi, dan bahkan semakin akrab. Dia malah lebih sering bersamaku akhir-akhir ini. Karena kami berada dalam satu Lsm.
            Kejadian itu, seolah tak pernah terjadi. Kami semakin akrab setelah itu. Aku juga tak langsung jatuh setelah mendapat penolakannya. Aku justru semakin menyukai dan menyayanginya.
Ting tong...............
Cklek
‘’Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa kenapa lama sekali???? Hah???’’
Soyou membuka pintu sambil menyemprotku dengan sederet ocehan-ocehannya yang menggemaskan.
‘’Maaf, hehe’’
‘’Ah, ayo cepat bantu aku’’ Akupun mengekor dibelakangnya,
‘’Memang apa yang harus kubantu?’’
Soyou tak menjawab, dia sibuk mengutak atik laptopnya.
‘’Chagi!’’ Hah?? Apa? Apa yang baru kuucapkan?? Pabo!
Sontak Soyou langsung menoleh kearahku.
‘’A.. Apa? Kau memanggilku apa?’’ Matanya terbelalak karena terkejut.
‘’A... ani! Ma.. maaf! Aku.. aku tak sengaja, sungg.. sungguh! Ma.. maafkan aku, k.. kumohon jangan marah’’
Susah payah aku meminta maaf padanya. Matilah kau kyungsoo!
Soyou diam mentapku.
Tak lama senyumnya merenah.
‘’Kurasa itu panggilan yang tidak buruk. Hihi kau bisa memanggilku dengan sebutan itu’’
Benarkah? Oh god ini seperti mimpi!
‘’K.. kau tidak marah?’’ Kini matku tmpk lebih lebar.
‘’Haha iya chagi!’’
‘’Ka... kau..’’
‘’Ahaha aku juga akan memanggilmu chagi. Hey sudahlah, ayo cepat bantu aku, aku bingung menetukan sasaran masalahnya’’
Ya, begitulah. Kebahagiaanku berlipat ganda, aku memanggilnya ‘’Chagi’’, begitu pula dengannya. Sejak saat itu dan seterusnya, panggilan itu selalu mewarnai setiap aku bersamanya. Terasa aneh memang, karena kami tak memilki hubungan apapun selain ‘’pertemanan’’. Sejatinya, aku masih berharap padanya. Sangat!
            Aku, Soyou. Semua orang tahu kedekatan kami. Tak kupungkiri, aku merasa senang saat ada beberapa orang yang mengira kami sepasang kekasih. Ya, karena memang kami sangat dekat.
Pertemanan kami, sejak bulan Juni tahun lalu masuh terjalin. Bahkan kami semakin dekat. Semakin kami dekat dan saling mengerti, semakin aku mencintainya. Berkali-kali aku ingin mengutarakan kemabali perasaanku itu. Tetapi selalu terhalang. Seperti saat ini, saat aku akan mengungkapkan lagi perasaanku, kabar mengejutkan justru datang menghantam.
‘’Kau tahu Jiyoung? Ah pasti iya. Dia ituuu sangat keren! Kau tahu, aku berpacaran dengannya’’
Apa? Apalagi ini?? Saat aku akan melangkah untyk kedua kalinya, kenapa justru langkahku harus terhenti? Apa? Apa ini berarti semua telah berakhir bagiku??
‘’Heeey heey oppaaa chagiiiiii kau dengar aku kan?’’ Soyou mengguncang-guncangkan tubuhku.
‘’A.. ah i.. iya.. iya aku dengar’’
‘’Kau tidak memberiku ucapan selamt untukku?’’
‘’Ah.. eh se.. selamat ya’’
‘’Hehe’’
‘’Aku pergi dulu ya, aku harus mengantar ibuku. Bye’’
Aku pergi meninggalkan Soyou. Kurasa aku taj kuat bila harus berlama-lama ditempat itu bersamanya. Sakit! Ini terlalu menyakitkan. Apa aku harus menghentikan ini?
Aku diam, termangu didalam mobilku. Menatap lurus kedepan, tak tahu apa yang sedamng kulihat.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas, enam belas, tujuh belas.............

Dug!
Aku memukul setir mobil dengan mantap. Lalu kulajukan mobil, entah kemana
‘’Aku masih belum gagal. Ini belum berakhir! Aku tidak akan goyah!’’
            Ah sekarang bulan April. Dua bulan lagi tepat satu tahun sejak aku ‘’berteman’’ dengan Soyou. Tak tahulah, apa yang akan terjadi pada kami selanjutnya.
‘’Sepi’’ Kutatap jalanan kota Seoul dari penthouseku yang bisa menjangkau pandangan hingga beberapa kilometer. Sekarang jam 12 malam. Jalanan terlihat sepi, tak jauh berbeda dengan keadaanku.
Drrrrrt drrrrrrttt
‘’Halo’’
‘’Kyungsoo.. chagi’’
‘’So.. Soyou! Ada apa? Kau belum tidur?’’
‘’Hehe belum, kau sendiri, belum tidur?’’
‘’Aku belum mengantuk. Ada apa kau meneleponku malam-malam begini?’’
‘’Tidak ada, hanya ingin meneleponmu’’
‘’Oh.. cepat tidur, ini sudah malam chaa...chagi’’
‘’Iya iya, eh mata lebar aku ingin cerita’’
‘’Ya, ada apa?’’
‘’Aku putus dengan Jiyoung’’
Deg!
‘’Apa?’’
‘’Kubilang, aku sudah putus denagn Jiyoung! Hihi’’
‘’Hah? Kenapa putus? Memangnya ada apa?’’
‘’Tidak apa-apa, hanya ingin putus. Hihi’’
‘’Ceritakanlah, apa sebab kalian putus?’’
‘’Aku tidak bisa menceritakannya’’
‘’Oh, baiklah kalau begitu.Aku tiodak akan memaksamu untuk cerita. Tapi kuharap suatu saat nanti kau mau menceritakannya padaku’’
‘’Nde...’’
‘’Tapi.......... kenapa kau menceritakan ini padaku?
‘’Karena kau temanku. Walaupun aku tidak bisa cerita alasan mengapa aku putus, kurasa kau kau perlu tahu’’
Pembicaraan kami terus berlanjut higga malam semakin larut. Aku harus senang, atau sedih dengan berita ini? Haruskah aku melangkahkan lagi kakiku? Dengan keadaannya yang sekarang, mungkinkah akan kudapatkan dirinya?
            17 Juni 2013. Hari ini, tepat setahun aku mengenal Soyou. Tepat setahun aku mencintainya. Ditempat yang sekarang ada dihadapanku, aku bertemu dengannya, melihat senyum manisnya untuk pertama kali. Merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
‘’Hey!’’ Kudengar seorang wanita memanggilku. Itu Soyou!
‘Kau suda lama ya? Maaf aku terlambat datang’’
‘’Tidak, aku saja yang datang terlalu awal, hehe’’
Soyou diam sejenak. Melihat tempat diman dia berada saat ini. Ditatapnya lekat-lekat tempat ini. Sepertinya merasakan sesuatu.
‘’Dulu kita pertama bertemu ditempat ini’’ Soyou tiba-tiba memecah kesunyian diantara kami.
‘’Ya, benar sekali. Kau masih ingat?’’
‘’Mana mungkin aku lupa hehe’’
Kami berjalan menyusri gedung ini. Gedung tempat seminar yang cukup luas. Gedung yang cukup berarti bagiku.
‘’Soyou....’’
‘’Ya?’’
‘’Aku mencintaimu. Bisakah kiat menjadi sepasang kekasih?’’
Langkah kami sontak langsung terhenti. Kini Soyou menatapku lekat. Sangat lekat.Cukup lama kami saling menatap. Perlahan, tampak sebutir air matanya jatuh.
‘’Kau pikir, aku tidak mencintaimu?’’
Apa!??! Apa maksudnya?
‘’Aku, aku juga mencintaimu! Aku juga mencintaimu sejak pertama kita bertmu! Aku juga..... sudahlah!’’
‘’Kenapa? Kenapa kau dulu menolakku?!! Kenapa? Apa sebabnya?! Kau tahu, aku menyimpan perasaan ini setahun! Apa kau tahu betapa sakitnya aku!!??’’
Aku lepas kendali. Tanpa sadar aku bicara dengan agak kasar padanya.
‘’Aku... aku.. aku memang mencintaimu, aku juga menyayangimu. Tapi tak lebih dari perasaan adik terhadap kakaknya! Aku juga sakit oppa! Aku sakit bila terus mengingat bahwa kau mencintaiku sedangkan aku tidak! Aku merasa sakit, mengapa aku tidak bisa mencintaimu!? Aku merasa sakit saat aku ingat bahwa ada lelaki baik yang mencintai wanita tak berperasaan sepertiku!’’
Aku diam, sakit dan kecewa. Dia hanya menganggapku sebagi nseorang kakak, tak lebih! Kulihat dia menangis, air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya.
‘’Jadi...........’’ ‘’Tapi sekarang aku mencintaimu, sebagai seorang lelaki. Sayangnya, aku harus merubahnya lagi setelah bersusah payah mencintaimu sebagai seorang lelaki’’
‘’Apa maksudmu?’’
‘’Aku harus pergi, keluargaku akan pindah. Aku harus pergi. Ini hukuman untukku’’
‘’Kau?!!’’
‘’Aku minta maaf telah menyakitimu selama satu tahun ini. Aku harap kau mau memaafkanku. Aku mencintaimu, selamat tinggal’’
Kata-kata terakhirnya, entah berdaya apa benar-benar membuatku tercekat. Aku tak bisa memanggilnya, apalagi mengejarnya. Ini terlalu menyakitkan. Soyou, aku mencintaimu.
''Rembulan datang kala malam sunyi
Aku tak mengundangnya, dia datang sendiri
Aku tak memintanya, dia sinari sendiri
Menembus mata menerawang hati
Jiwa kecil nan sendiri
Tak lagi terasa manakala tak gelap lagi
Adakah dia teman hati?
Atau hanya musafir?
Kala sang surya sambut hari
Adakah diri tak sunyi lagi?
Harus senang, atau sedih?''
 
THE END

Rabu, 26 Juni 2013

One Year (Babo)-Fanfiction




Author : Dinarr Leoliala (facebook : https://www.facebook.com/dinbel.leopers)
Cast :
- Kai (EXO)
- Dara 2ne1
- Other Cast...




               Aku merasa ini sangat konyol, tapi entah kenapa aku sangat menginginkan ini.

#CHAPTER 1
         “Ya! Apa yang terjadi padamu?” suara renyah Zelo menyapa pagi Kai di ruang kelas mereka, dengan tepukan kecil di pundak Kai.
        “Naega?? Nan gwaenchanayo”
        “Aish, apa kau masih belum menyadarinya? Gwishin mana yang sudah merasukimu? Seorang siswa SMA bernama Kai, namja yang jarang menarik bibirnya”
       “Jinjjayo? Apa aku begitu??” ucap Kai dengan tersenyum
       “Aaa. Lihatlah, kau tersenyum lagi. Sebenarnya apa yang kau alami, hingga kau berubah seperti ini?”
       “Haish. Kau berlebihan” belum sempat Zelo membalas sanggahan Kai, Guru Shi sudah memasuki kelas hingga terpaksa membuatnya mengurungkan niat itu.

-Skip-

(Kai’s POV)
            Apa benar?? Bukankah aku memang seperti ini?? ah, entahlah, peduli apa dengan ucapan Zelo. Lebih baik aku menghubungi nuna. Tapi, kenapa jadi memikirkan nuna terus? Dara nuna, yeoja yang kukenal Via Online beberapa waktu yang lalu, tepatnya 17 June 2012. Meski usia kami terpaut 4 tahun, tapi aku merasa kami sudah seperti teman seumuran, bahkan aku merasa bahwa kami sudah berteman sangat lama. Awalnya, aku ragu kenapa kami saling bertukar nomor handphone? Tapi itu terjadi begitu cepat. Aku rasa kami mempunyai sudut pandang kehidupan dan cara berpikir yang sejalan, entah karena aku yang terlalu dewasa diumurku atau karena dia yang masih kekanak-kanakan.
--
               “Kai, disini !!” Tampak Dara sedang melambaikan tangannya. Ia sudah menunggu di meja Cafe tempat mereka membuat janji. Kai yang melihatnya segera menghampiri dan duduk di hadapannya.
               “Nuna. Apa kau semacam zombie? Atau jangan-jangan kau alien?” Dara bingung dengan ucapan Kai.
                        "Lihatlah! Kau masih sama sepertinya” Kai menunjuk seorang yeoja yang duduk sendirian tidak jauh dari mereka. Yeoja itu seperti sedang menunggu seseorang, namun bukan itu yang dimaksud Kai. Yang Kai maksud adalah status yeoja itu, ia masih mengenakan seragam SMA. Wajah BabyFace Dara diusianya sekarang, masih membuatnya terlihat lebih muda dari siswi SMA. Dan Dara hanya tersenyum juga memberikan 1 pukulan kecil pada Kai. Keduanya menikmati pertemuan disore yang cerah itu. Ini memang sudah kesekian kalinya mereka bertemu dan melakukan aktifitas seperti ini, mungkin bagi segelintir orang, mereka sedang melakukan BLIND DATE. Tapi tidak ada kejelasan, apa memang Blind Date sedang mereka jalani atau tidak, hanya keduanya terlalu menikmati keadaan.
“Kai. Kau ini, sudah kelas 12 tapi kenapa masih seperti bayi?” ucap Dara sembari mengusapkan tissue ke sudut bibir Kai, ia mengusap krim Latte yang tersisa.
“Kalau aku bayi, lalu kau apa?” Kai juga ikut mengusap philtrum Dara yang juga terdapat sisa krim. Namun Kai melakukannya hanya dengan jari, tanpa ada perantara lainnya. Keduanya hanya bisa menatap 1 sama lain dengan jarak yg cukup dekat dan kemudian hanya bisa melemparkan tawa.


#CHAPTER 2
Kai sibuk di atas ranjangnya, bukan sibuk tidur, mengerjakan tugas sekolah ataupun bermain game. Tapi sibuk untuk berusaha melelapkan tubuhnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 KST, tapi ia tetap tidak bisa terlelap. Badannya berputar ke kiri & ke kanan, mulai terlentang hingga telungkup, mulai memeluk guling hingga gulingnya terjatuh dari ranjang.
“Aaargh. Kenapa aku jadi gelisah seperti ini” kini badan itu sudah dalam posisi duduk. Ia memegangi dadanya, merasakan detak jantung yang lebih kencang menembus kulitnya. Di otaknya hanya terbayang-bayang wajah cantik Dara, ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia alami, hanya 1 yang ia pahami dengan pasti adalah kenyamanan saat di samping Dara. Tanpa pikir panjang ia langsung meraih ponsel yang diletakkannya di meja samping ranjangnya. Dengan tekad untuk menelpon Dara. Meski sebelumnya ia ragu, bagaimana jika Dara sudah tidur.

-Ddrrrt. Ddrrt.- ponsel Kai berdering, muncul contact dengan nama dan foto Dara. Sepintas, Kai hanya bisa melamun tidak percaya, namun beberapa detik kemudian senyumnya mengembang lebar, ia juga sempat melompat-lompat kegirangan seperti orang yang baru memenangkan lotre.
“Yoboseyo”
“Yoboseyo, apa aku mengganggumu” ucap Dara
“A-aniya. Tidak sama sekali”
“Begitukah? Entah kenapa aku tidak bisa tidur”
“Jinjjayo?? Sepertinya perasaanmu itu, tersalurkan padaku. Aku juga tidak bisa tidur” ucap Kai. Entah kenapa ia merasa sangat lega walau hanya bisa mendengarkan suara Dara, meski hanya dari telpon. Keduanya mulai asyik membicarakan sesuatu yang tidak penting hingga malam semakin larut, hingga mereka juga tertidur bersama.


#CHAPTER 3
“Entah kapan pastinya aku tidak tahu. Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa jadi seperti ini” Dara mulai menunjukkan ekspresi seriusnya mendengarkan ucapan Kai, dan tiba-tiba tangan hangat Kai menggenggam jemarinya yang kecil. “Sepertinya aku mulai terjebak dalam keadaan ini, aku sudah berusaha, tapi aku tetap tidak bisa. Nuna, nan neol joahaeyo. Maukah kau...”
Dara melepaskan tangannya dari genggaman Kai dengan cepat sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya. “Mianhaeyo” & Kai tampak sudah mengerti makna dari 1 kata itu. “Mianhaeyo. Aku juga menyayangimu, namun hanya sebatas adik. Aku tahu kau namja yg baik, tapi maaf aku tidak bisa”
Untuk beberapa saat Kai merasa bagai tersambar petir dihari yang sangat cerah, hanya senyuman pahit yang ia paksakan di hadapan Dara. “Ah, ne. Gwaenchanayo. Aku bisa mengerti. Mianhaeyo, apa kau marah padaku?”
“Aniyo. Kenapa aku harus marah? Kita adalah teman, teman selamanya” kata ‘teman’ yang baru saja keluar dari mulut Dara terus membekas & terngiang di telinga Kai. Diiringi ‘selamanya’ sepasang kata itu seperti momok menakutkan yang akan menghantuinya.

-Skip-
Bulan sudah menggantikan panasnya matahari. Kai duduk tersimpuh di ranjang empuknya. Lingkaran hitam sudah menghiasi kedua matanya, dengan penampilan lusuh dan tatapan kosong. Kapal perang yang menghantam karang sudah berpindah di kamarnya. Bantal-guling-sprei porak poranda, tumpukan buku yang biasanya tersusun rapi kini berubah 180o.
“Nuna” ucapnya sembari memandangi foto Dara dalam ponselnya. “Kenapa aku seperti ini? kenapa harus padamu? Andai aku bisa membuang perasaan ini. beberapa jam telah berlalu, dan Kai masih bertahan dengan posisinya.
Kini ia bangkit dari duduknya, 1 kalimat terngiang dalam benaknya, entah apa dan darimana asalnya, setidaknya itu membuatnya bisa berpikir normal dan mengembalikan semangat hidupnya. ‘aku masih bisa bersamanya & lambat laun perasaan ini pasti akan hilang’ itulah yang membuatnya merapikan kamarnya lagi sebelum ia pergi ke dunia mimpi.


#CHAPTER 4
“Chukkahaeyo!!” ucap Dara dengan 1 bucket bunga di genggamannya.
“Kau datang??” sahut Kai
“Tentu saja. Karna hari ini adalah hari yang spesial untukmu, apa kau akan melewati hari besar ini tanpaku?” kedatangan Dara membawa senyum lebar di bibir Kai. Hari ini adalah hari upacara kelulusan Kai di sekolahnya. Meski orang tuanya selalu di sampingnya, namun ia lebih dan merasa lengkap akan kehadiran Dara yang secara tiba-tiba.
“Nuguni? Geunyeoga, neo yeojachingu? Pertanyaan eommanya membuat Kai tersipu malu
“A-aniya, kami hanya berteman” meski pernyataan Dara membuatnya kembali mengingat luka, namun dengan senyuman di wajah cantik Dara bisa mengalihkan rasa itu.
Setelah upacara dan pidato dari kepala sekolah selesai, mereka berempat mengambil foto bersama. Sebelum itu, Dara menunjukkan sikap manisnya yang membuat Kai semakin larut sore itu, Dara membenarkan tatanan rambut Kai, juga merapikan jas yang ia kenakan. 

-Skip-
“Honey” 1 pesan masuk di ponsel Dara, dengan contact pengirim ‘Kai’, Dara tampak terkejut membaca pesan itu, ia-pun membalas pesan itu. “?? Apa kau sedang sakit? Kau salah kirim?”
>>Aniyo. Apa kau keberatan? Mianhaeyo. (balasan dari Kai)
“Ani, itu tidak masalah, terdengar bagus. Tapi kenapa?”
>>Karna kau yeoja yang baik. Dan kau manis seperti madu bahkan melebihinya (disertai emoticon tertawa)
Dara hanya membalasnya dengan mengirimkan emoticon tersenyum dengan mata berbinar-binar.

(Kai’s POV @Kai’s Bedroom)
Nuna, mianhaeyo. Nan geojitmalago. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa sayangku, tapi aku takut kau masih belum bisa menerimanya...


#CHAPTER 5
“Ho-honey?! Kenapa kau tidak memberi tahuku jika kau akan kemari?” tanya Kai yang membukakan pintu karna alarm berbunyi. Dara sudah berdiri tepat di depan pintu, ia tampak sangat cantik dalam balutan rok yang rapi.
“Surprise!! Ayo ikut aku, kita bersenang-senang. Aku akan mentraktirmu”
“Jinjjayo??” Kai menggodanya dengan nada meremehkan. “Ara, aku akan bersiap-siap dulu, kau tunggu sebentar”
“Andwaeyo. Kau sudah tampan seperti ini, kajja”
“Aish” Kai-pun hanya mengambil dan mengenakan jacketnya sebelum ia menutup pintu rumahnya.
Setelah mereka merasa cukup kenyang sehabis makan di cafe, Dara langsung mengajak Kai ke tempat hiburan (wahana permainan). Mereka bermain hingga larut, sepanjang jalan Dara selalu menggenggam rapat tangan Kai. Orang yg melihat mereka sudah beranggapan bahwa mereka adalah pasangan muda yg sedang falling in love.
“Tunggu. Sebenarnya kau mentraktirku dalam rangka apa?” ucap Kai menghentikan langkah kaki mereka. Mereka tepat berdiri di tengah taman dalam tempat wahana itu. Di bawah sinar bulan yang temani banyak bintang, membawa suasana menyenangkan malam itu, juga dihiasi cahaya lampu yang berkelap-kelip dari wahana permainan, dan themesong tempat itu berubah tempo menjadi lebih lambat, semuanya menjadi kesan romantis.
Tiba-tiba Dara memeluk Kai dg hangatnya. Kai sangat terkejut saat tubuh mungil Dara sudah tak berjarak dengannya, namun kebahagiaan tidak bisa ia sembunyikan dari wajah tampannya itu. Ia ingin membalas pelukan itu, tapi Dara melepaskannya secara tiba-tiba.
“Kau tahu, aku sangat bahagia” ucap Dara yg membuat jantung Kai berdetak lebih cepat lagi, ia menggenggam tangan Kai secara tiba-tiba.
“Ne, sudah terlihat jelas perasaanmu itu. Lalu?”
“Aku baru saja mempunyai namja chingu” sontak senyuman yang tadinya menghiasi bibir Kai luntur dalam sekejap mata. Rasa dingin dan lemas kini merasuki tubuhnya. Kini harapan yang selama ini ia bangun kembali, harus kandas dan rata dengan tanah dalam hitungan detik. Cinta pertamanya menyatakan kebahagiaannya sudah bersama namja lain, di malam yang sangat indah, di hadapannya langsung. “Waeyo?” lanjut Dara.
“A-ani. Chukkahaeyo.” Senyuman pahit di bibir Kai kembali ia berikan. “Bisakah kita pulang sekarang? Sepertinya aku terserang demam”
Mereka-pun pulang, sepanjang perjalanan Dara menceritakan semua tentang namja chingunya. Mulai nama, tempat tinggal, status, ciri-ciri fisik, hingga bagaimana cara namja itu menyatakan dan memintanya untuk menjadi pasangannya. Dan sepanjang perjalanan itu pula Kai hanya memberikan senyuman pahit atas semua ucapan Dara. Semua hal itu membuat hati Kai terukir sebuah luka yang lebih dalam.


#CHAPTER 6
Beberapa bulan telah berlalu sejak malam itu. Kai kehilangan semangatnya saat mengingat perubahan yang dialami Dara. Dara berubah menjadi yeoja yang lebih ceria, ia lebih sering tersenyum dan juga sering menghubungi Kai. Namun semua itu, semua senyuman Dara ditujukan pada Yoochun, namja yang sekarang berstatus sebagai namja chingu Dara.
“Kenapa aku jadi egois? Seharusnya aku berbahagia karna dia bersama namja yang baik, dia juga sangat bahagia menjalani ini.” ucap Kai pada pantulan dirinya di cermin washstaffel. Ia menatap cermin itu dengan serius dan menarik bibirnya hingga terbentuk senyuman yang sudah lama tidak ia tunjukkan. Namun belum sampai 10 detik ia kembali lagi dengan tatapan datar yang menghiasi matanya beberapa bulan kebelakang ini. Meski Kai sudah berusaha untuk merelakan Dara, tapi dia tetap seorang namja biasa. Ia sudah berusaha bersikap seolah-olah ‘tidak terjadi apa-apa’ tapi hatinya tidak bisa mengingkari rasa cemburu itu, bibirnya terus tersenyum meski hatinya menangis. Ia segera mencuci wajahnya dan kembali ke ranjang kesayangannya. Seperti ada panggilan yang berbisik di telinganya hingga otaknya mengendalikan untuk segera mengambil ponsel yang ia geletakan sembarangan di atas ranjang.
‘7 missed call from Dara (Honey)’ 
Tulisan itu tertera di layar ponselnya, Dara sudah menelponnya berkali-kali saat ia di kamar mandi. Meski ponsel itu tidak disilent, Kai tetap tidak bisa mendengar karena ia menyalakan kran air dengan keras. Saat itu juga ia langsung melakukan panggilan balik ke Dara.
“Yoboseyo” sapa Kai, tapi suara manis yg selalu ia rindukan itu tidak terdengar, yang terdengar hanya isak tangis yg tersedu-sedu. “Nuna!!” ucapnya lagi dengan nada sedikit di tinggikan, kebingungan dan kehawatiran bercampur meracuni otaknya.
“Ye, mianhae. Apa aku mengganggumu?” ucap Dara dengan suara bergetara
“Aniyo. Neoneun, waeyo? Kau menangis?”
“Hahaha, ye. Aku benar-benar cengeng”
“Apa yang membuatmu menangis? Apa kau ditindas. Katakan padaku, aku akan membelamu”
“Aniyo, naneun gwaenchana. Aku hanya sedikit sedih, aku baru putus dengan Yoochun”
Kai langsung terduduk di ujung ranjangnya, tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dara bingung kenapa suara Kai menghilang dari pendengarannya, sedangkan mereka masih melakukan panggilan telpon. Dara terus meneriakkan dan memanggil Kai. Tapi Kai tidak menggubrisnya sama sekali, ia hanya berusaha bersikap dan memahami perasaannya. Apa yang harus ungkapkan, haruskah ia senang atau bersedih. Senang karena Dara tidak bersama namja lain, kini tidak ada yang memiliki hatinya. Atau sedih, karena walaupun Dara sudah sendiri, itu tidak akan mengubah apa-pun, ia sendiri seperti yang dulu, dan Kai tetap tidak bisa menggenggam hatinya.
-Flashback OFF. Now back to future, same as opening (One word before chapter 1)-
17 June 2013,,
“Saengil chukkahaeyo. Kau tidak boleh lupa hari ini. hari ini adalah 1tahun kita bersama, saling mengenal dan mengisi hari. Yee. Have a nice day” ucap Kai pada ponselnya, ia mengirimkan pesan suara itu pada Dara.
Kai memandangi foto Dara dalam ponselnya, terbayang semua kenangan yang mereka lalui bersama selama 1 tahun. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil tas ransel yang tergeletak di sampingnya. Ia melangkahkan kaki menuju universitasnya.
“Nuna, nan mollayo. Apa aku yang terlalu kesepian, atau aku yang terlalu menutup diriku dari yeoja lain atau mungkin aku yang terlalu bodoh untuk dipermainkan hatiku sendiri, juga hatimu. Tapi 1 yang aku tahu, kau yang mengisi kosongnya hatiku, hingga detik ini.”

THE END