Cast :
- Kai (EXO)
- Dara 2ne1
- Other
Cast...
Aku merasa ini sangat konyol, tapi entah
kenapa aku sangat menginginkan ini.
#CHAPTER 1
“Ya! Apa yang terjadi padamu?” suara renyah Zelo
menyapa pagi Kai di ruang kelas mereka, dengan tepukan kecil di pundak Kai.
“Naega?? Nan gwaenchanayo”
“Aish, apa kau masih belum menyadarinya? Gwishin mana yang sudah
merasukimu? Seorang siswa SMA bernama Kai, namja yang jarang menarik bibirnya”
“Jinjjayo? Apa aku begitu??” ucap Kai dengan tersenyum
“Aaa. Lihatlah, kau tersenyum lagi. Sebenarnya apa yang kau alami,
hingga kau berubah seperti ini?”
“Haish. Kau berlebihan” belum sempat Zelo membalas
sanggahan Kai, Guru Shi sudah memasuki kelas hingga terpaksa membuatnya
mengurungkan niat itu.
-Skip-
(Kai’s POV)
Apa benar?? Bukankah aku memang seperti
ini?? ah, entahlah, peduli apa dengan ucapan Zelo. Lebih baik aku menghubungi
nuna. Tapi, kenapa jadi memikirkan nuna terus? Dara nuna, yeoja yang kukenal
Via Online beberapa waktu yang lalu, tepatnya 17 June 2012. Meski
usia kami terpaut 4 tahun, tapi aku merasa
kami sudah seperti teman seumuran, bahkan aku merasa bahwa kami sudah berteman
sangat lama. Awalnya, aku ragu kenapa kami saling bertukar nomor handphone?
Tapi itu terjadi begitu cepat. Aku rasa kami mempunyai sudut pandang kehidupan dan cara
berpikir yang sejalan,
entah karena aku yang terlalu
dewasa diumurku atau karena dia yang masih kekanak-kanakan.
--
“Kai, disini !!” Tampak
Dara sedang melambaikan tangannya. Ia sudah menunggu di meja Cafe tempat mereka
membuat janji. Kai yang melihatnya segera menghampiri dan duduk di
hadapannya.
“Nuna. Apa kau semacam zombie?
Atau jangan-jangan kau alien?” Dara bingung dengan ucapan Kai.
"Lihatlah! Kau masih sama
sepertinya” Kai menunjuk seorang yeoja yang duduk sendirian tidak jauh dari mereka.
Yeoja itu seperti sedang menunggu seseorang, namun bukan itu yang dimaksud
Kai. Yang Kai maksud adalah status yeoja itu, ia masih mengenakan seragam SMA.
Wajah BabyFace Dara diusianya sekarang, masih membuatnya terlihat lebih muda
dari siswi SMA. Dan Dara hanya tersenyum juga memberikan 1 pukulan kecil pada
Kai. Keduanya menikmati pertemuan disore yang cerah itu. Ini memang sudah
kesekian kalinya mereka bertemu dan melakukan aktifitas seperti ini,
mungkin bagi segelintir orang, mereka sedang melakukan BLIND DATE. Tapi tidak
ada kejelasan, apa memang Blind Date sedang mereka jalani atau tidak, hanya
keduanya terlalu menikmati keadaan.
“Kai. Kau
ini, sudah kelas 12 tapi kenapa masih seperti bayi?” ucap
Dara sembari mengusapkan tissue ke sudut bibir Kai, ia mengusap krim Latte yang tersisa.
“Kalau aku
bayi, lalu kau apa?” Kai juga ikut mengusap philtrum Dara yang juga
terdapat sisa krim. Namun Kai melakukannya hanya dengan jari, tanpa ada perantara lainnya.
Keduanya hanya bisa menatap 1 sama lain dengan jarak yg cukup dekat dan kemudian
hanya bisa melemparkan tawa.
#CHAPTER 2
Kai sibuk di
atas ranjangnya, bukan sibuk tidur, mengerjakan tugas sekolah ataupun bermain
game. Tapi sibuk untuk berusaha melelapkan tubuhnya. Jam dinding sudah
menunjukkan pukul 23.25 KST, tapi ia tetap tidak bisa terlelap. Badannya
berputar ke kiri & ke kanan, mulai terlentang hingga telungkup, mulai
memeluk guling hingga gulingnya terjatuh dari ranjang.
“Aaargh.
Kenapa aku jadi gelisah seperti ini” kini badan itu sudah dalam posisi duduk.
Ia memegangi dadanya, merasakan detak jantung yang lebih kencang menembus kulitnya.
Di otaknya hanya terbayang-bayang wajah cantik Dara, ia tidak tahu apa yang sebenarnya
ia alami, hanya 1 yang ia pahami dengan pasti adalah kenyamanan saat di
samping Dara. Tanpa pikir panjang ia langsung meraih ponsel yang
diletakkannya di meja samping ranjangnya. Dengan tekad untuk menelpon Dara.
Meski sebelumnya ia ragu, bagaimana jika Dara sudah tidur.
-Ddrrrt.
Ddrrt.- ponsel Kai berdering, muncul contact dengan nama dan foto Dara. Sepintas, Kai hanya bisa
melamun tidak percaya, namun beberapa detik kemudian senyumnya mengembang
lebar, ia juga sempat melompat-lompat kegirangan seperti orang yang baru
memenangkan lotre.
“Yoboseyo”
“Yoboseyo,
apa aku mengganggumu” ucap Dara
“A-aniya.
Tidak sama sekali”
“Begitukah?
Entah kenapa aku tidak bisa tidur”
“Jinjjayo??
Sepertinya perasaanmu itu, tersalurkan padaku. Aku juga tidak bisa tidur” ucap
Kai. Entah kenapa ia merasa sangat lega walau hanya bisa mendengarkan suara
Dara, meski hanya dari telpon. Keduanya mulai asyik
membicarakan sesuatu yang tidak penting hingga malam semakin
larut, hingga mereka juga tertidur bersama.
#CHAPTER 3
“Entah kapan
pastinya aku tidak tahu. Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa jadi seperti
ini” Dara mulai menunjukkan ekspresi seriusnya mendengarkan ucapan Kai, dan tiba-tiba
tangan hangat Kai menggenggam jemarinya yang kecil. “Sepertinya aku mulai terjebak
dalam keadaan ini, aku sudah berusaha, tapi aku tetap tidak bisa. Nuna, nan
neol joahaeyo. Maukah kau...”
Dara
melepaskan tangannya dari genggaman Kai dengan cepat
sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya. “Mianhaeyo” & Kai tampak sudah
mengerti makna dari 1 kata itu. “Mianhaeyo. Aku juga
menyayangimu, namun hanya sebatas adik. Aku tahu kau namja yg baik, tapi maaf
aku tidak bisa”
Untuk
beberapa saat Kai merasa bagai tersambar petir dihari yang sangat cerah, hanya senyuman pahit
yang ia
paksakan di hadapan Dara. “Ah, ne. Gwaenchanayo. Aku bisa mengerti. Mianhaeyo,
apa kau marah padaku?”
“Aniyo.
Kenapa aku harus marah? Kita adalah teman, teman selamanya” kata ‘teman’ yang baru saja
keluar dari mulut Dara
terus membekas & terngiang di telinga Kai. Diiringi ‘selamanya’ sepasang
kata itu seperti momok menakutkan yang akan menghantuinya.
-Skip-
Bulan sudah
menggantikan panasnya matahari. Kai duduk tersimpuh di ranjang empuknya.
Lingkaran hitam sudah menghiasi kedua matanya, dengan penampilan lusuh dan tatapan kosong.
Kapal perang yang menghantam
karang sudah berpindah di kamarnya. Bantal-guling-sprei porak poranda, tumpukan
buku yang biasanya
tersusun rapi kini berubah 180o.
“Nuna”
ucapnya sembari memandangi foto Dara dalam ponselnya. “Kenapa aku seperti ini? kenapa
harus padamu? Andai aku bisa membuang perasaan ini. beberapa jam telah berlalu,
dan Kai masih
bertahan dengan posisinya.
Kini ia
bangkit dari duduknya, 1
kalimat terngiang dalam benaknya, entah apa dan darimana asalnya, setidaknya itu
membuatnya bisa berpikir normal dan mengembalikan semangat hidupnya.
‘aku masih bisa bersamanya & lambat laun perasaan ini pasti akan hilang’
itulah yang membuatnya
merapikan kamarnya lagi sebelum ia pergi ke dunia mimpi.
#CHAPTER 4
“Chukkahaeyo!!”
ucap Dara dengan 1 bucket
bunga di genggamannya.
“Kau
datang??” sahut Kai
“Tentu saja.
Karna hari ini adalah hari yang spesial untukmu, apa kau akan
melewati hari besar ini tanpaku?” kedatangan Dara membawa senyum lebar di bibir
Kai. Hari ini adalah hari upacara kelulusan Kai di sekolahnya. Meski orang
tuanya selalu di sampingnya, namun ia lebih dan merasa lengkap akan kehadiran Dara
yang secara
tiba-tiba.
“Nuguni?
Geunyeoga, neo yeojachingu? Pertanyaan eommanya membuat Kai tersipu malu
“A-aniya,
kami hanya berteman” meski pernyataan Dara membuatnya kembali mengingat luka,
namun dengan senyuman di
wajah cantik Dara bisa mengalihkan rasa itu.
Setelah
upacara dan pidato dari kepala
sekolah selesai, mereka berempat mengambil foto bersama. Sebelum itu, Dara
menunjukkan sikap manisnya yang membuat Kai semakin larut sore
itu, Dara membenarkan tatanan rambut Kai, juga merapikan jas yang ia
kenakan.
-Skip-
“Honey” 1
pesan masuk di ponsel Dara, dengan contact pengirim ‘Kai’, Dara tampak terkejut
membaca pesan itu, ia-pun membalas pesan itu. “?? Apa kau sedang sakit? Kau
salah kirim?”
>>Aniyo.
Apa kau keberatan? Mianhaeyo. (balasan dari Kai)
“Ani, itu
tidak masalah, terdengar bagus. Tapi kenapa?”
>>Karna
kau yeoja yang baik. Dan kau manis
seperti madu bahkan melebihinya (disertai emoticon tertawa)
Dara hanya
membalasnya dengan mengirimkan
emoticon tersenyum dengan mata berbinar-binar.
(Kai’s POV
@Kai’s Bedroom)
Nuna,
mianhaeyo. Nan geojitmalago. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa sayangku, tapi
aku takut kau masih belum bisa menerimanya...
#CHAPTER 5
“Ho-honey?!
Kenapa kau tidak memberi tahuku jika kau akan kemari?” tanya Kai yang membukakan
pintu karna alarm berbunyi. Dara sudah berdiri tepat di depan pintu, ia tampak
sangat cantik dalam balutan rok yang rapi.
“Surprise!!
Ayo ikut aku, kita bersenang-senang. Aku akan mentraktirmu”
“Jinjjayo??”
Kai menggodanya dengan nada meremehkan. “Ara, aku akan
bersiap-siap dulu, kau tunggu sebentar”
“Andwaeyo.
Kau sudah tampan seperti ini, kajja”
“Aish”
Kai-pun hanya mengambil dan mengenakan jacketnya sebelum ia
menutup pintu rumahnya.
Setelah
mereka merasa cukup kenyang sehabis makan di cafe, Dara langsung mengajak Kai
ke tempat hiburan (wahana permainan). Mereka bermain hingga larut, sepanjang
jalan Dara selalu menggenggam rapat tangan Kai. Orang yg melihat mereka sudah
beranggapan bahwa mereka adalah pasangan muda yg sedang falling in love.
“Tunggu.
Sebenarnya kau mentraktirku dalam rangka apa?” ucap Kai menghentikan langkah
kaki mereka. Mereka tepat berdiri di tengah taman dalam tempat wahana itu. Di
bawah sinar bulan yang temani banyak bintang, membawa suasana menyenangkan
malam itu, juga dihiasi cahaya lampu yang berkelap-kelip dari wahana
permainan, dan themesong
tempat itu berubah tempo menjadi lebih lambat, semuanya menjadi kesan romantis.
Tiba-tiba
Dara memeluk Kai dg hangatnya. Kai sangat terkejut saat tubuh mungil Dara sudah
tak berjarak dengannya, namun kebahagiaan tidak bisa ia sembunyikan dari wajah
tampannya itu. Ia ingin membalas pelukan itu, tapi Dara melepaskannya secara
tiba-tiba.
“Kau tahu,
aku sangat bahagia” ucap Dara yg membuat jantung Kai berdetak lebih cepat lagi,
ia menggenggam tangan Kai secara tiba-tiba.
“Ne, sudah
terlihat jelas perasaanmu itu. Lalu?”
“Aku baru
saja mempunyai namja chingu” sontak senyuman yang tadinya menghiasi bibir Kai luntur
dalam sekejap mata. Rasa dingin dan lemas kini merasuki tubuhnya. Kini
harapan yang selama ini
ia bangun kembali, harus kandas dan rata dengan tanah dalam hitungan
detik. Cinta pertamanya menyatakan kebahagiaannya sudah bersama namja lain, di
malam yang sangat
indah, di hadapannya langsung. “Waeyo?” lanjut Dara.
“A-ani.
Chukkahaeyo.” Senyuman pahit di bibir Kai kembali ia berikan. “Bisakah kita
pulang sekarang? Sepertinya aku terserang demam”
Mereka-pun
pulang, sepanjang perjalanan Dara menceritakan semua tentang namja chingunya.
Mulai nama, tempat tinggal, status, ciri-ciri fisik, hingga bagaimana cara
namja itu menyatakan dan memintanya untuk menjadi
pasangannya. Dan sepanjang
perjalanan itu pula Kai hanya memberikan senyuman pahit atas semua ucapan Dara.
Semua hal itu membuat hati Kai terukir sebuah luka yang lebih dalam.
#CHAPTER 6
Beberapa
bulan telah berlalu sejak malam itu. Kai kehilangan semangatnya saat mengingat
perubahan yang dialami
Dara. Dara berubah menjadi yeoja yang lebih ceria, ia lebih sering
tersenyum dan juga sering
menghubungi Kai. Namun semua itu, semua senyuman Dara ditujukan pada Yoochun,
namja yang sekarang
berstatus sebagai namja chingu Dara.
“Kenapa aku
jadi egois?
Seharusnya aku berbahagia karna dia bersama namja yang baik, dia juga sangat bahagia
menjalani ini.” ucap Kai pada pantulan dirinya di cermin washstaffel. Ia menatap
cermin itu dengan serius dan menarik bibirnya hingga terbentuk
senyuman yang sudah lama
tidak ia tunjukkan. Namun belum sampai 10 detik ia kembali lagi dengan tatapan
datar yang menghiasi
matanya beberapa bulan kebelakang ini. Meski Kai sudah berusaha untuk
merelakan Dara, tapi dia tetap seorang namja biasa. Ia sudah berusaha bersikap
seolah-olah ‘tidak terjadi apa-apa’ tapi hatinya tidak bisa mengingkari rasa
cemburu itu, bibirnya terus tersenyum meski hatinya menangis. Ia segera
mencuci wajahnya dan kembali ke ranjang kesayangannya. Seperti ada
panggilan yang berbisik
di telinganya hingga otaknya mengendalikan untuk segera mengambil ponsel yang ia
geletakan sembarangan di atas ranjang.
‘7 missed
call from Dara (Honey)’
Tulisan itu
tertera di layar ponselnya, Dara sudah menelponnya berkali-kali saat ia di
kamar mandi. Meski ponsel itu tidak disilent, Kai tetap tidak bisa mendengar
karena ia
menyalakan kran air dengan keras. Saat itu juga ia langsung
melakukan panggilan balik ke Dara.
“Yoboseyo”
sapa Kai, tapi suara manis yg selalu ia rindukan itu tidak terdengar, yang
terdengar hanya isak tangis yg tersedu-sedu. “Nuna!!” ucapnya lagi dengan nada sedikit
di tinggikan, kebingungan dan kehawatiran bercampur meracuni
otaknya.
“Ye,
mianhae. Apa aku mengganggumu?” ucap Dara dengan suara bergetara
“Aniyo.
Neoneun, waeyo? Kau menangis?”
“Hahaha, ye.
Aku benar-benar cengeng”
“Apa yang membuatmu
menangis? Apa kau ditindas. Katakan padaku, aku akan membelamu”
“Aniyo,
naneun gwaenchana. Aku hanya sedikit sedih, aku baru putus dengan Yoochun”
Kai langsung
terduduk di ujung ranjangnya, tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dara bingung kenapa suara
Kai menghilang dari pendengarannya, sedangkan mereka
masih melakukan panggilan telpon. Dara terus meneriakkan dan memanggil
Kai. Tapi Kai tidak menggubrisnya sama sekali, ia hanya berusaha bersikap dan memahami
perasaannya. Apa yang harus ungkapkan, haruskah ia senang atau bersedih.
Senang karena Dara
tidak bersama namja lain, kini tidak ada yang memiliki hatinya. Atau sedih, karena walaupun
Dara sudah sendiri, itu tidak akan mengubah apa-pun, ia sendiri seperti yang dulu, dan Kai tetap
tidak bisa menggenggam hatinya.
-Flashback
OFF. Now back to future, same as opening (One word before chapter 1)-
17 June
2013,,
“Saengil
chukkahaeyo. Kau tidak boleh lupa hari ini. hari ini adalah 1tahun kita
bersama, saling mengenal dan mengisi hari. Yee. Have a nice day”
ucap Kai pada ponselnya, ia mengirimkan pesan suara itu pada Dara.
Kai
memandangi foto Dara dalam ponselnya, terbayang semua kenangan yang mereka
lalui bersama selama 1 tahun. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil tas ransel yang tergeletak
di sampingnya.
Ia melangkahkan kaki menuju universitasnya.
“Nuna, nan
mollayo. Apa aku yang terlalu kesepian, atau aku yang terlalu menutup diriku dari yeoja
lain atau mungkin aku yang terlalu bodoh untuk dipermainkan
hatiku sendiri, juga hatimu. Tapi 1 yang aku tahu, kau yang mengisi
kosongnya hatiku, hingga detik ini.”
THE END