Rabu, 26 Juni 2013

One Year (Babo)-Fanfiction




Author : Dinarr Leoliala (facebook : https://www.facebook.com/dinbel.leopers)
Cast :
- Kai (EXO)
- Dara 2ne1
- Other Cast...




               Aku merasa ini sangat konyol, tapi entah kenapa aku sangat menginginkan ini.

#CHAPTER 1
         “Ya! Apa yang terjadi padamu?” suara renyah Zelo menyapa pagi Kai di ruang kelas mereka, dengan tepukan kecil di pundak Kai.
        “Naega?? Nan gwaenchanayo”
        “Aish, apa kau masih belum menyadarinya? Gwishin mana yang sudah merasukimu? Seorang siswa SMA bernama Kai, namja yang jarang menarik bibirnya”
       “Jinjjayo? Apa aku begitu??” ucap Kai dengan tersenyum
       “Aaa. Lihatlah, kau tersenyum lagi. Sebenarnya apa yang kau alami, hingga kau berubah seperti ini?”
       “Haish. Kau berlebihan” belum sempat Zelo membalas sanggahan Kai, Guru Shi sudah memasuki kelas hingga terpaksa membuatnya mengurungkan niat itu.

-Skip-

(Kai’s POV)
            Apa benar?? Bukankah aku memang seperti ini?? ah, entahlah, peduli apa dengan ucapan Zelo. Lebih baik aku menghubungi nuna. Tapi, kenapa jadi memikirkan nuna terus? Dara nuna, yeoja yang kukenal Via Online beberapa waktu yang lalu, tepatnya 17 June 2012. Meski usia kami terpaut 4 tahun, tapi aku merasa kami sudah seperti teman seumuran, bahkan aku merasa bahwa kami sudah berteman sangat lama. Awalnya, aku ragu kenapa kami saling bertukar nomor handphone? Tapi itu terjadi begitu cepat. Aku rasa kami mempunyai sudut pandang kehidupan dan cara berpikir yang sejalan, entah karena aku yang terlalu dewasa diumurku atau karena dia yang masih kekanak-kanakan.
--
               “Kai, disini !!” Tampak Dara sedang melambaikan tangannya. Ia sudah menunggu di meja Cafe tempat mereka membuat janji. Kai yang melihatnya segera menghampiri dan duduk di hadapannya.
               “Nuna. Apa kau semacam zombie? Atau jangan-jangan kau alien?” Dara bingung dengan ucapan Kai.
                        "Lihatlah! Kau masih sama sepertinya” Kai menunjuk seorang yeoja yang duduk sendirian tidak jauh dari mereka. Yeoja itu seperti sedang menunggu seseorang, namun bukan itu yang dimaksud Kai. Yang Kai maksud adalah status yeoja itu, ia masih mengenakan seragam SMA. Wajah BabyFace Dara diusianya sekarang, masih membuatnya terlihat lebih muda dari siswi SMA. Dan Dara hanya tersenyum juga memberikan 1 pukulan kecil pada Kai. Keduanya menikmati pertemuan disore yang cerah itu. Ini memang sudah kesekian kalinya mereka bertemu dan melakukan aktifitas seperti ini, mungkin bagi segelintir orang, mereka sedang melakukan BLIND DATE. Tapi tidak ada kejelasan, apa memang Blind Date sedang mereka jalani atau tidak, hanya keduanya terlalu menikmati keadaan.
“Kai. Kau ini, sudah kelas 12 tapi kenapa masih seperti bayi?” ucap Dara sembari mengusapkan tissue ke sudut bibir Kai, ia mengusap krim Latte yang tersisa.
“Kalau aku bayi, lalu kau apa?” Kai juga ikut mengusap philtrum Dara yang juga terdapat sisa krim. Namun Kai melakukannya hanya dengan jari, tanpa ada perantara lainnya. Keduanya hanya bisa menatap 1 sama lain dengan jarak yg cukup dekat dan kemudian hanya bisa melemparkan tawa.


#CHAPTER 2
Kai sibuk di atas ranjangnya, bukan sibuk tidur, mengerjakan tugas sekolah ataupun bermain game. Tapi sibuk untuk berusaha melelapkan tubuhnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 KST, tapi ia tetap tidak bisa terlelap. Badannya berputar ke kiri & ke kanan, mulai terlentang hingga telungkup, mulai memeluk guling hingga gulingnya terjatuh dari ranjang.
“Aaargh. Kenapa aku jadi gelisah seperti ini” kini badan itu sudah dalam posisi duduk. Ia memegangi dadanya, merasakan detak jantung yang lebih kencang menembus kulitnya. Di otaknya hanya terbayang-bayang wajah cantik Dara, ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia alami, hanya 1 yang ia pahami dengan pasti adalah kenyamanan saat di samping Dara. Tanpa pikir panjang ia langsung meraih ponsel yang diletakkannya di meja samping ranjangnya. Dengan tekad untuk menelpon Dara. Meski sebelumnya ia ragu, bagaimana jika Dara sudah tidur.

-Ddrrrt. Ddrrt.- ponsel Kai berdering, muncul contact dengan nama dan foto Dara. Sepintas, Kai hanya bisa melamun tidak percaya, namun beberapa detik kemudian senyumnya mengembang lebar, ia juga sempat melompat-lompat kegirangan seperti orang yang baru memenangkan lotre.
“Yoboseyo”
“Yoboseyo, apa aku mengganggumu” ucap Dara
“A-aniya. Tidak sama sekali”
“Begitukah? Entah kenapa aku tidak bisa tidur”
“Jinjjayo?? Sepertinya perasaanmu itu, tersalurkan padaku. Aku juga tidak bisa tidur” ucap Kai. Entah kenapa ia merasa sangat lega walau hanya bisa mendengarkan suara Dara, meski hanya dari telpon. Keduanya mulai asyik membicarakan sesuatu yang tidak penting hingga malam semakin larut, hingga mereka juga tertidur bersama.


#CHAPTER 3
“Entah kapan pastinya aku tidak tahu. Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa jadi seperti ini” Dara mulai menunjukkan ekspresi seriusnya mendengarkan ucapan Kai, dan tiba-tiba tangan hangat Kai menggenggam jemarinya yang kecil. “Sepertinya aku mulai terjebak dalam keadaan ini, aku sudah berusaha, tapi aku tetap tidak bisa. Nuna, nan neol joahaeyo. Maukah kau...”
Dara melepaskan tangannya dari genggaman Kai dengan cepat sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya. “Mianhaeyo” & Kai tampak sudah mengerti makna dari 1 kata itu. “Mianhaeyo. Aku juga menyayangimu, namun hanya sebatas adik. Aku tahu kau namja yg baik, tapi maaf aku tidak bisa”
Untuk beberapa saat Kai merasa bagai tersambar petir dihari yang sangat cerah, hanya senyuman pahit yang ia paksakan di hadapan Dara. “Ah, ne. Gwaenchanayo. Aku bisa mengerti. Mianhaeyo, apa kau marah padaku?”
“Aniyo. Kenapa aku harus marah? Kita adalah teman, teman selamanya” kata ‘teman’ yang baru saja keluar dari mulut Dara terus membekas & terngiang di telinga Kai. Diiringi ‘selamanya’ sepasang kata itu seperti momok menakutkan yang akan menghantuinya.

-Skip-
Bulan sudah menggantikan panasnya matahari. Kai duduk tersimpuh di ranjang empuknya. Lingkaran hitam sudah menghiasi kedua matanya, dengan penampilan lusuh dan tatapan kosong. Kapal perang yang menghantam karang sudah berpindah di kamarnya. Bantal-guling-sprei porak poranda, tumpukan buku yang biasanya tersusun rapi kini berubah 180o.
“Nuna” ucapnya sembari memandangi foto Dara dalam ponselnya. “Kenapa aku seperti ini? kenapa harus padamu? Andai aku bisa membuang perasaan ini. beberapa jam telah berlalu, dan Kai masih bertahan dengan posisinya.
Kini ia bangkit dari duduknya, 1 kalimat terngiang dalam benaknya, entah apa dan darimana asalnya, setidaknya itu membuatnya bisa berpikir normal dan mengembalikan semangat hidupnya. ‘aku masih bisa bersamanya & lambat laun perasaan ini pasti akan hilang’ itulah yang membuatnya merapikan kamarnya lagi sebelum ia pergi ke dunia mimpi.


#CHAPTER 4
“Chukkahaeyo!!” ucap Dara dengan 1 bucket bunga di genggamannya.
“Kau datang??” sahut Kai
“Tentu saja. Karna hari ini adalah hari yang spesial untukmu, apa kau akan melewati hari besar ini tanpaku?” kedatangan Dara membawa senyum lebar di bibir Kai. Hari ini adalah hari upacara kelulusan Kai di sekolahnya. Meski orang tuanya selalu di sampingnya, namun ia lebih dan merasa lengkap akan kehadiran Dara yang secara tiba-tiba.
“Nuguni? Geunyeoga, neo yeojachingu? Pertanyaan eommanya membuat Kai tersipu malu
“A-aniya, kami hanya berteman” meski pernyataan Dara membuatnya kembali mengingat luka, namun dengan senyuman di wajah cantik Dara bisa mengalihkan rasa itu.
Setelah upacara dan pidato dari kepala sekolah selesai, mereka berempat mengambil foto bersama. Sebelum itu, Dara menunjukkan sikap manisnya yang membuat Kai semakin larut sore itu, Dara membenarkan tatanan rambut Kai, juga merapikan jas yang ia kenakan. 

-Skip-
“Honey” 1 pesan masuk di ponsel Dara, dengan contact pengirim ‘Kai’, Dara tampak terkejut membaca pesan itu, ia-pun membalas pesan itu. “?? Apa kau sedang sakit? Kau salah kirim?”
>>Aniyo. Apa kau keberatan? Mianhaeyo. (balasan dari Kai)
“Ani, itu tidak masalah, terdengar bagus. Tapi kenapa?”
>>Karna kau yeoja yang baik. Dan kau manis seperti madu bahkan melebihinya (disertai emoticon tertawa)
Dara hanya membalasnya dengan mengirimkan emoticon tersenyum dengan mata berbinar-binar.

(Kai’s POV @Kai’s Bedroom)
Nuna, mianhaeyo. Nan geojitmalago. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa sayangku, tapi aku takut kau masih belum bisa menerimanya...


#CHAPTER 5
“Ho-honey?! Kenapa kau tidak memberi tahuku jika kau akan kemari?” tanya Kai yang membukakan pintu karna alarm berbunyi. Dara sudah berdiri tepat di depan pintu, ia tampak sangat cantik dalam balutan rok yang rapi.
“Surprise!! Ayo ikut aku, kita bersenang-senang. Aku akan mentraktirmu”
“Jinjjayo??” Kai menggodanya dengan nada meremehkan. “Ara, aku akan bersiap-siap dulu, kau tunggu sebentar”
“Andwaeyo. Kau sudah tampan seperti ini, kajja”
“Aish” Kai-pun hanya mengambil dan mengenakan jacketnya sebelum ia menutup pintu rumahnya.
Setelah mereka merasa cukup kenyang sehabis makan di cafe, Dara langsung mengajak Kai ke tempat hiburan (wahana permainan). Mereka bermain hingga larut, sepanjang jalan Dara selalu menggenggam rapat tangan Kai. Orang yg melihat mereka sudah beranggapan bahwa mereka adalah pasangan muda yg sedang falling in love.
“Tunggu. Sebenarnya kau mentraktirku dalam rangka apa?” ucap Kai menghentikan langkah kaki mereka. Mereka tepat berdiri di tengah taman dalam tempat wahana itu. Di bawah sinar bulan yang temani banyak bintang, membawa suasana menyenangkan malam itu, juga dihiasi cahaya lampu yang berkelap-kelip dari wahana permainan, dan themesong tempat itu berubah tempo menjadi lebih lambat, semuanya menjadi kesan romantis.
Tiba-tiba Dara memeluk Kai dg hangatnya. Kai sangat terkejut saat tubuh mungil Dara sudah tak berjarak dengannya, namun kebahagiaan tidak bisa ia sembunyikan dari wajah tampannya itu. Ia ingin membalas pelukan itu, tapi Dara melepaskannya secara tiba-tiba.
“Kau tahu, aku sangat bahagia” ucap Dara yg membuat jantung Kai berdetak lebih cepat lagi, ia menggenggam tangan Kai secara tiba-tiba.
“Ne, sudah terlihat jelas perasaanmu itu. Lalu?”
“Aku baru saja mempunyai namja chingu” sontak senyuman yang tadinya menghiasi bibir Kai luntur dalam sekejap mata. Rasa dingin dan lemas kini merasuki tubuhnya. Kini harapan yang selama ini ia bangun kembali, harus kandas dan rata dengan tanah dalam hitungan detik. Cinta pertamanya menyatakan kebahagiaannya sudah bersama namja lain, di malam yang sangat indah, di hadapannya langsung. “Waeyo?” lanjut Dara.
“A-ani. Chukkahaeyo.” Senyuman pahit di bibir Kai kembali ia berikan. “Bisakah kita pulang sekarang? Sepertinya aku terserang demam”
Mereka-pun pulang, sepanjang perjalanan Dara menceritakan semua tentang namja chingunya. Mulai nama, tempat tinggal, status, ciri-ciri fisik, hingga bagaimana cara namja itu menyatakan dan memintanya untuk menjadi pasangannya. Dan sepanjang perjalanan itu pula Kai hanya memberikan senyuman pahit atas semua ucapan Dara. Semua hal itu membuat hati Kai terukir sebuah luka yang lebih dalam.


#CHAPTER 6
Beberapa bulan telah berlalu sejak malam itu. Kai kehilangan semangatnya saat mengingat perubahan yang dialami Dara. Dara berubah menjadi yeoja yang lebih ceria, ia lebih sering tersenyum dan juga sering menghubungi Kai. Namun semua itu, semua senyuman Dara ditujukan pada Yoochun, namja yang sekarang berstatus sebagai namja chingu Dara.
“Kenapa aku jadi egois? Seharusnya aku berbahagia karna dia bersama namja yang baik, dia juga sangat bahagia menjalani ini.” ucap Kai pada pantulan dirinya di cermin washstaffel. Ia menatap cermin itu dengan serius dan menarik bibirnya hingga terbentuk senyuman yang sudah lama tidak ia tunjukkan. Namun belum sampai 10 detik ia kembali lagi dengan tatapan datar yang menghiasi matanya beberapa bulan kebelakang ini. Meski Kai sudah berusaha untuk merelakan Dara, tapi dia tetap seorang namja biasa. Ia sudah berusaha bersikap seolah-olah ‘tidak terjadi apa-apa’ tapi hatinya tidak bisa mengingkari rasa cemburu itu, bibirnya terus tersenyum meski hatinya menangis. Ia segera mencuci wajahnya dan kembali ke ranjang kesayangannya. Seperti ada panggilan yang berbisik di telinganya hingga otaknya mengendalikan untuk segera mengambil ponsel yang ia geletakan sembarangan di atas ranjang.
‘7 missed call from Dara (Honey)’ 
Tulisan itu tertera di layar ponselnya, Dara sudah menelponnya berkali-kali saat ia di kamar mandi. Meski ponsel itu tidak disilent, Kai tetap tidak bisa mendengar karena ia menyalakan kran air dengan keras. Saat itu juga ia langsung melakukan panggilan balik ke Dara.
“Yoboseyo” sapa Kai, tapi suara manis yg selalu ia rindukan itu tidak terdengar, yang terdengar hanya isak tangis yg tersedu-sedu. “Nuna!!” ucapnya lagi dengan nada sedikit di tinggikan, kebingungan dan kehawatiran bercampur meracuni otaknya.
“Ye, mianhae. Apa aku mengganggumu?” ucap Dara dengan suara bergetara
“Aniyo. Neoneun, waeyo? Kau menangis?”
“Hahaha, ye. Aku benar-benar cengeng”
“Apa yang membuatmu menangis? Apa kau ditindas. Katakan padaku, aku akan membelamu”
“Aniyo, naneun gwaenchana. Aku hanya sedikit sedih, aku baru putus dengan Yoochun”
Kai langsung terduduk di ujung ranjangnya, tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dara bingung kenapa suara Kai menghilang dari pendengarannya, sedangkan mereka masih melakukan panggilan telpon. Dara terus meneriakkan dan memanggil Kai. Tapi Kai tidak menggubrisnya sama sekali, ia hanya berusaha bersikap dan memahami perasaannya. Apa yang harus ungkapkan, haruskah ia senang atau bersedih. Senang karena Dara tidak bersama namja lain, kini tidak ada yang memiliki hatinya. Atau sedih, karena walaupun Dara sudah sendiri, itu tidak akan mengubah apa-pun, ia sendiri seperti yang dulu, dan Kai tetap tidak bisa menggenggam hatinya.
-Flashback OFF. Now back to future, same as opening (One word before chapter 1)-
17 June 2013,,
“Saengil chukkahaeyo. Kau tidak boleh lupa hari ini. hari ini adalah 1tahun kita bersama, saling mengenal dan mengisi hari. Yee. Have a nice day” ucap Kai pada ponselnya, ia mengirimkan pesan suara itu pada Dara.
Kai memandangi foto Dara dalam ponselnya, terbayang semua kenangan yang mereka lalui bersama selama 1 tahun. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil tas ransel yang tergeletak di sampingnya. Ia melangkahkan kaki menuju universitasnya.
“Nuna, nan mollayo. Apa aku yang terlalu kesepian, atau aku yang terlalu menutup diriku dari yeoja lain atau mungkin aku yang terlalu bodoh untuk dipermainkan hatiku sendiri, juga hatimu. Tapi 1 yang aku tahu, kau yang mengisi kosongnya hatiku, hingga detik ini.”

THE END